Gambar Sampul Antropologi · BAB 1 KEBERAGAMAN DAN PERKEMBANGAN SENI DI INDONESIA
Antropologi · BAB 1 KEBERAGAMAN DAN PERKEMBANGAN SENI DI INDONESIA
Puji Lestari

22/08/2021 08:16:31

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Antropologi SMA Kelas XII

i

ANTROPOLOGI

Untuk SMA/MA Kelas XII

Program Bahasa

Disusun oleh:

Puji Lestari

Antropologi SMA Kelas XII

ii

ANTROPOLOGI untuk SMA/MA Kelas XII Program Bahasa

Penulis

:

Puji Lestari

Editor Materi

:

Tri Adi Indrawan

Editor Bahasa

:

Eryana Triharyani

Setting/Lay-out

:

Tim Setting HaKa MJ

Desain Cover

:

Fascho

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional

Dilindungi Undang-Undang

Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2009

Diperbanyak oleh ....

Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen

Pendidikan Nasional dari Penerbit CV HaKa MJ

301.07

Puj

Puji Lestari

a

Antropologi 2 : Untuk SMA dan MA Kelas XII / Penulis Puji Lestari ;

Editor Tri Adi Indrawan, Eryana Triharyani. — Jakarta : Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

vi, 181 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Bibliografi : hlm. 173-174

Indeks

ISBN 978-979-068-222-1 (no jld lengkap)

ISBN 978-979-068-226-9

1. Antropologi-Studi dan Pengajaran 2. Indrawan, Tri Adi

3. Triharyani, Eryana 4. Judul

Antropologi SMA Kelas XII

iii

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,

Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah membeli

hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada

masyarakat melalui situs internet (

website

) Jaringan Pendidikan Nasional.

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan

telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk

digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/

penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen

Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh

Indonesia.

Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen

Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (

down load

)

,

digandakan, dicetak, dialihmediakan,

atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga

penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan

bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh

Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan

sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para siswa

kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari

bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat

kami harapkan.

Jakarta, Februari 2009

Kepala Pusat Perbukuan

K

ATA

S

AMBUTAN

Antropologi SMA Kelas XII

iv

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah berkenan

memberi kekuatan, semangat, dan petunjuk kepada kami sahingga buku Antropologi untuk

SMA kelas XII ini dapat diselesaikan.

Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dengan segala aktivitasnya.

Di satu pihak, manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaanlah yang

membentuk perilaku manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, terjalin

hubungan timbal balik yang sangat erat antara manusia dan kebudayaan. Agar memperoleh

wawasan yang lebih luas mengenai kedudukan, fungsi, dan peran bahasa dalam

kebudayaan, pengenalan dan pemahaman mengenai antropologi dengan sendirinya

merupakan sesuatu yang mutlak diketahui peserta didik melalui suatu pelajaran yang mandiri.

Buku Antropologi ini kami susun berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi

kelulusan. Standar tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan,

dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.

Dengan mempelajari antropologi diharapkan peserta didik mampu menyerap

antropologi sebagai pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,

terutama dalam menyikapi perbedaan latar budaya, masyarakat, bahasa, dan kepercayaan

di masyarakat.

Besar harapan kami, buku ini dapat membantu proses pembelajaran di kelas. Untuk

itu kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada penerbit yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis, juga kepada para editor yang dengan sabar

memberikan masukan kepada penulis agar buku ini menjadi lebih baik. Tidak lupa kepada

semua pihak yang membantu dalam penyusunan buku ini, kami mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya. Selanjutnya kritik dan saran kami harapkan untuk penyempurnaan

buku ini di masa mendatang.

Surakarta, Juni 2007

Penulis

K

ATA

P

ENGANTAR

Antropologi SMA Kelas XII

v

KATA SAMBUTAN ..................................................................................................................

........... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

.......... iv

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

................... v

BAB 1

KEBERAGAMAN DAN PERKEMBANGAN SENI DI INDONESIA

A. Jenis-jenis Seni

............................................................................................................ 3

B. Fungsi-Seni dalam Masyar

akat ................................................................................... 23

C. Seni, Seniman, dan Masyarakat ................................................................................... 23

D. Sikap terhadap Damp

ak Potensi Seni .......................................................................... 25

EVALUASI

.......................................................................................................................... 29

BAB 2

PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI INDONESIA

A. Agama ..........................................................................................................................

32

B. Kepercayaan ................................................................................................................ 34

C. Unsur-Unsur

Keagamaan

............................................................................................ 37

D. Perbedaan antara Agama

dengan Kepercayaan .......................................................... 38

E. Dampak Perilaku Agama ............................................................................................... 40

F.

Fungsi Agama dan

Kepercay

aan ................................................................................. 41

G.

Perkembangan Agama di Indone

sia ............................................................................. 41

EVALUASI

.......................................................................................................................... 45

SOAL SEMESTER 1

........................................................................................................... 48

BAB 3

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

A. Ilmu Pengetahuan dan T

eknologi .......

......................................................................... 54

B. Perkembangan Sistem Informasi, Komunikasi, dan Perhubungan ............................. 66

C. Dampak Iptek terhadap Ma

syarakat dan Buda

ya Setemp

at ....................................... 76

D. Proses Pewarisan Iptek ......................................................................................................... 80

E. Menghargai hasil eknologi dan Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup ........................ 81

EVALUASI

.......................................................................................................................... 90

B A B 4

ETNOGRAFI INDONESIA

A. Studi Etnografi Indonesia

............................................................................................ 92

B. Penyebaran Baha

sa Lokal ............................................................................................ 128

EVALUASI

.......................................................................................................................... 134

D

AFTAR

I

SI

Antropologi SMA Kelas XII

vi

BAB 5

PENELITIAN ETNOGRAFI

A. Penelitian Etnografi

......................................................................................................

139

B. Penelitian

Singkat ........................................................................................................ 150

C. Menyusun Laporan Penelitian ............................................................................................ 151

EVALUASI

.......................................................................................................................... 161

SOAL SEMESTER 2

........................................................................................................... 163

UJIAN AKHIR BUKU

..........................................................................................................................

167

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

.......... 175

GLOSARIUM

...................................................................................................................................... 177

INDEKS SUBJEK

...............................................................................................................................

. 181

INDEKS PENGARANG

....................................................................................................................... 183

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

1

Peta Konsep:

Setelah mempelajari bab ini diharapkan kalian mampu mengidentifikasi perkembangan seni

rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan; menganalisis hubungan karya seni dengan pelaku seni

dan masyarakat; dan mendeskripsikan peran pemerintah dan masyarakat terhadap dampak

perkembangan seni.

Seni Rupa, Seni Sastra, Seni Pertunjukan, Seni Musik, Karya Seni, Potensi Seni

Kata Kunci:

Seni Rupa

Seni Sastra

Seni Pertunjukan

Jenis-Jenis Seni

Seni Lukis

Seni Rupa

Seni Ukir

Puisi

Prosa

Seni Tari

Seni Drama

Keberagaandan

Perkembangan

seni Indonesia

Hubungan antara

seni, seniman,

dan Masyarakat

Dampak potensi

seni

KEBERAGAMAN DAN

PERKEMBANGAN

SENI DI INDONESIA

B A B

1

Tujuan Pembelajaran:

Antropologi SMA Kelas XII

2

Tuhan telah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup berupa tumbuhan,

manusia, dan hewan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan telah diberi karunia

akal untuk berpikir, berkreasi, dan sebagainya. Dengan akal manusia dapat

mengembangkan berbagai kemampuan untuk menciptakan karya yang bernilai tinggi.

Salah satu karya manusia adalah seni.Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan

seni?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni adalah kemampuan akal untuk

menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Dengan demikian seni adalah suatu hasil

karya manusia yang mempunyai keindahan dan dapat dinikmati serta dirasakan

oleh manusia.

Menurut William A Haviland seni adalah produk jenis perilaku manusia yang

khusus penggunaan imajinasi secara kreatif untuk membantu kita dalam

menerangkan, memahami, dan menikmati hidup. Dengan gagasan seni yang

sempurna nilai-nlai estetis yang ada dalam kebiasaan manusia dapat teraktualisasi.

Misalnya kita dapat melihat pertunjukan teater budaya demi kepuasan estetis saja.

S Graham Brade-Birks dalam

Concise Encyclopedia of General Know-

ledge

, menyatakan bahwa dalam arti luas, seni adalah pelatihan akal-budi untuk

menghasilkan karya yang menyenangkan bagi kesadaran manusia. Ini termasuk

ungkapan imajinatif visual dari benda-benda, seperti dalam patung, lukisan, dan

gambar. Namun imajinasi juga menemukan ekspresinya dalam seni musik, drama,

tari, puisi, dan arsitektur.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa seni merupakan ekspresi

jiwa, ide, emosi, dan perasaan manusia. Seni terwujud melalui keterampilan atau

daya kreativitas manusia dalam bentuk karya-karya yang bersifat indah (estetis)

dan simbolis.

Selanjutnya seni dapat dibagi menjadi tiga bidang yaitu seni rupa yang terdiri

dari seni lukis, seni patung dan seni ukir; seni sastra yang terdiri dari puisi dan prosa;

serta seni pertunjukan yang terdiri dari seni tari, seni drama/teater, dan seni musik.

Sumber:

www.liputan6.com

Gambar 1.1

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

3

A. Jenis-jenis Seni

Seni rupa meliputi seni lukis, seni patung, dan seni ukir.

1. Seni Rupa

a.

Seni Lukis

Seni lukis merupakan salah satu induk dari seni rupa. Seni lukis meru-

pakan suatu pengembangan yang lebih utuh dari gambar

.

1) Perkembangan Seni Lukis

a) Seni Lukis Zaman Prasejarah

Seni lukis terkait erat dengan gambar. Peninggalan-peninggalan

prasejarah menunjukkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek

moyang manusia telah membuat

gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian

penting dari kehidupan mereka. Hampir semua masyarakat di dunia

mengenal seni lukis. Hal ini disebabkan karena lukisan atau gambar

sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya

dengan menggunakan bahan dan

alat yang sederhana seperti arang,

kapur, atau bahan lainnya. Salah

satu teknik terkenal gambar

prasejarah yang dilakukan orang-

orang yang tinggal di gua adalah

dengan menempelkan tangan di

dinding gua, kemudian me-

nyemburkannya dengan kunyahan

daun-daunan atau batu mineral

berwarna.Hasilnya adalah jiplakan

tangan berwarna-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat

hingga saat ini. Cara mudah seperti ini memungkinkan gambar (dan

selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang

seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.

Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar

seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni

rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra

(dua dimensi, dimensi datar).

Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang

manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam

gambar, sehingga secara otomatis karya-karya mereka mulai

membentuk semacam komposisi

rupa dan narasi (kisah/cerita).

Gambar 1.2

Hasil seni lukisan Indonesia

Sumber:

Standar d Edition volume 2, Asia Offset Solo

1996

Antropologi SMA Kelas XII

4

Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah

manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit,

gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu

serupa dengan aslinya. Hal ini disebut citra dan sangat dipengaruhi

oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar

seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besarnya

dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi

oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian

paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai

satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman

budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat

penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan

seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.

Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan

perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan

hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-

tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal

yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat

dalam jenis objek, pencitraan, dan narasi di dalamnya. Pada masa-

masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai me-

dia pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat

senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar

dan melukis. Cara berkomunikasi dengan menggunakan gambar pada

akhirnya merangsang pembentukan simbol-simbol gambar yang

kemudian disederhanakan dan dibakukan.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok

masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir

membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan

rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik

untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam

citarasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu,

sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-

seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan

menggambar dan melukis mulai menjadi kegiatan seni.

b)

Perkembangan Seni Lukis Zaman Klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan

mistisisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama), serta pro-

paganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii). Di zaman

ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk

yang ada di alam.

Hal ini merupakan akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan

dimulainya kesadaran bahwa dalam banyak hal seni lukis mampu

berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata. Selain itu, kemampuan

manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran

tentang pentingnya keindahan dalam perkembangan peradaban.

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

5

Seni rupa menemukan jiwa baru-

nya dalam kelahiran kembali dari

zaman klasik.

Sains di kota ini tidak lagi

dianggap sihir, namun sebagai alat

baru untuk merebut kembali

kekuasaan yang dirampas oleh

Turki. Selanjutnya pengaruh seni di

kota Firenze menyebar ke seluruh

Eropa termasuk Eropa Timur.

Tokoh yang banyak dikenal pada

masa ini antara lain:

a.

Leonardo da Vinci

b.

Michaelangelo

c.

Raphael, dan lain-lain.

Gambar 1.3

Lukisan “Monalisa”

kar

ya Leonardo da Vinci

Sumber:

www.google.com

TUGAS SISWA

c) Perkembangan Seni Lukis Zaman Pertengahan

Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman

pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan

manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun

tidak lagi bisa sejalan dengan realitas. Kebanyakan lukisan di zaman

ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme, sehingga sulit sekali untuk

menemukan lukisan yang bisa dikategorikan “bagus”. Lukisan pada

masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.

Sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan

manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami kelambatan

hingga dimulainya masa renaissance.

Kecakapan Personal

Seni lukis mengalami perkembangan secara bertahap pada zaman

pertengahan. Seni lukis bukan realisme, tetapi berupa simbolisme dan

digunakan sebagai alat propaganda dan religi. Coba salurkan daya

imajinasi kalian ke dalam kanvas untuk menggambarkan lukisan pada

zaman pertengahan. Kumpulkan hasilnya kepada guru kalian!

d) Perkembangan Seni Lukis Zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze, setelah kekalahan dari Turki, banyak

sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir

dari Bizantium menuju ke daerah semenanjung Italia sekarang.

Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firence

terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya

menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.

Antropologi SMA Kelas XII

6

TUGAS SISWA

Berpikir Kritis

Deskripsikan tentang perkembangan seni lukis menurut pembabakan

waktu sebagai berikut:

a. zaman prasejarah

b. zaman klasik

c. zaman pertengahan

d. zaman renaissance

Kumpulkan hasil pekerjaan kalian kepada guru!

2) Sejarah Perkembangan Seni Lukis di Indonesia

Seni lukis modern di Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan

Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman

itu adalah aliran romantisme, maka banyak pelukis Indonesia yang

terpengaruh dan ikut mengembangkan aliran ini.

Awalnya pelukis Indonesia tidak lebih hanya sebagai penonton atau

asisten. Hal ini disebabkan karena pendidikan kesenian merupakan hal

yang dianggap mewah dan sulit untuk dikerjakan oleh penduduk pribumi,

karena harga alat lukis sangat mahal sehingga penduduk atau rakyat biasa

sulit untuk meraih hal itu.

Salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari cara

melukis gaya Eropa yang dipraktekkan oleh pelukis Belanda adalah Raden

Saleh Syarif Bustaman. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis

ke Belanda, sehingga berhasil menjadi pelukis yang disegani dan menjadi

pelukis istana di beberapa negara Eropa.

Era revolusi di Indonesia telah membuat banyak pelukis di Indone-

sia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah

kerakyatan. Hal ini dapat dilihat pada potret nyata kehidupan masyarakat

kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah. Disamping itu, alat

lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit diperoleh membuat lukisan

Indonesia cenderung ke bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan

lukisan abstraksi.

3) Aliran-aliran Seni Lukis

Ada beberapa aliran seni lukis yang kita kenal yaitu:

a) Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk

yang sering ditemui dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan

bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari

objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia

tanpa harus mengerti bentuk aslinya.

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

7

b) Impressionisme

Pada awal menjamurnya lukisan studio, pelukis mendefinisikan im-

age sebagai pantulan cahaya dari setiap bagian benda. Setiap bagian terkecil

akan memantulkan cahaya yang berbeda, dan cahaya ini akan ditangkap

mata kemudian diinterpretasikan otak sebagai bentuk-bentuk tertentu.

Pelukis pada zaman tersebut menafsirkan benda sebagai kumpulan

pantulan cahaya yang berbeda. Karena itu bentuk suatu benda tidak harus

dibentuk dengan garis, bidang, ataupun volume, melainkan pantulan cahaya

sejenis yang berkumpul dan memberi kesan adanya benda. Karena itu

untuk mendapakan lukisan yang baik, pelukis harus memperhitungkan arah

datangnya sinar, jenis cahaya, dan reaksi pigmen benda terhadap cahaya.

Hal ini membuat kegiatan melukis pada masa ini lebih sebagai kegiatan

fotografi secara manual.

Kegiatan ini hanya bisa dipraktekkan di dalam studio. Saat teori

ini dibawa ke lapangan, cahaya tidak lagi bisa diprediksi (sebagai akibat

pergerakan matahari, perubahan cuaca, dan sebagainya).

Adalah mustahil untuk mendapatkan lukisan mendetail jika waktu

pembuatannya lebih dari beberapa jam (bisa dibayangkan lukisan yang

dibuat dari waktu pagi hingga sore hari dengan teori ini), sehingga pelukis

terpaksa menyederhanakan objek lukisan menjadi hanya kesan-kesan

cahaya tertentu yang ditangkap mata. Bentuk dan ketelitian tidak lagi

menjadi penting.

c) Naturalisme

Merupakan aliran paling popular dalam seni lukis. Aliran ini

menyajikan bentuk objek sesuai kenyataan sebenarnya dan banyak

menyajikan tema-tema alami.

d) Kubisme

Adalah aliran yang cenderung me lakukan usaha abstraksi terhadap

objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu.

Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso

Gambar 1.4

Salah satu lukisan naturalisme

karya Basuki Abdullah,

Gadis Arab

Sumber :

http://sukarno.netfirms.com

Antropologi SMA Kelas XII

8

DISKUSI SISWA

Motivasi Pengamatan Lingkungan

Kita ketahui bahwa pemandangan alam di Indonesia begitu indah: sawah-

sawah yang bersusun-susun, padi yang menguning, demikian pula

pemandangan pantai begitu mengesankan. Nah, menurut kalian

pemandangan alam yang indah tersebut bisa dimasukkan pada aliran

seni lukis yang mana? Ajaklah beberapa teman kalian, sekitar 4 hingga

5 orang, untuk mendiskusikan hal ini! Laporkan hasilnya kepada guru!

e) Romantisme

Merupakan aliran tertua dalam sejarah seni lukis modern Indo-

nesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan

romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah

objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan

Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi

galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah

Raden Saleh.

f)

Ekspresionisme

Adalah aliran di dalam seni lukis yang mengolah setiap unsur

seni agar memperlihatkan emosi pelukis secara efektif. Kemiripan

bentuk masih bisa hadir di dalam lukisan, tetapi tidak memainkan

peranan penting.

g) Realisme

Adalah kecenderungan dalam seni lukis untuk berusaha meniru

bentuk di alam nyata semirip mungkin. Pada awal perkembangan seni

lukis, realisme adalah tujuan utama untuk mendapatkan lukisan yang

indah. Namun sejalan dengan perkembangan pengetahuan manusia,

realisme mulai ditinggalkan dan manusia lebih banyak mengeksplorasi

unsur warna, komposisi, garis, dan luminasi dibandingkan unsur bentuk,

sehingga melahirkan abstraksi (pemisahan unsur bentuk dari suatu

objek di dalam lukisan).

h) Abstraksi

Adalah mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi

berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur

yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat

untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

9

TUGAS SISWA

TUGAS SISWA

Kecakapan Sosial

Diskusikan dengan teman kalian (antara 4 hingga 5 orang) beberapa

contoh aliran seni lukis yang kalian ketahui! Laporkan hasil diskusi kepada

guru kalian!

d. Pelukis-Pelukis Indonesia

Pelukis-pelukis Indonesia yang kita kenal antara lain:

1.

Affandi

2.

Kartika Affandi

3.

Basuki Abdullah

4.

Sapto Hudoyo

5.

Djoko Pekik

6.

Amri Yahya,

dan lain-lain

Wawasan Berkarya

Di atas dijelaskan bahwa ada berbagai aliran seni lukis yang ada di

Indonesia dan seniman-seniman yang menggeluti seni lukis tersebut.

Apakah kalian tidak ingin menjadi seniman seperti mereka, yang

menghasilkan karya yang menjadi kebanggaan bangsa? Nah, berkaitan

dengan karya-karya para seniman di atas, cobalah kalian berpikir sejenak,

aliran manakah yang paling banyak digemari oleh masyarakat Indone-

sia? Apakah yang akan kalian perbuat untuk memenuhi minat masyarakat

tersebut? Berkonsultasilah dengan guru kalian!

b. Seni Patung

Bila kita sedang dalam perjalanan, sering kita jumpai adanya patung-

patung yang terdapat di tengah perempatan-perempatan, sudut-sudut

persimpangan, depan gedung-gedung pertemuan, dan juga pada museum-mu-

seum. Patung-patung itu bisa berupa tokoh-tokoh pahlawan kita, momentum-

momentum yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia, atau simbol-simbol,

cita-cita dan perjuangan, serta program-program yang dicanangkan oleh

pemerintah.

Pernahkah Anda berpikir untuk apa patung itu dibuat? Dari bahan apa patung

itu dibuat?

1) Pertumbuhan Seni Patung

Pertumbuhan seni patung sebenarnya telah ada sejak kehidupan

bangsa-bangsa kuno. Di Yunani terdapat patung Dewa Zeus yang dipuja

oleh masyarakat Yunani.

Antropologi SMA Kelas XII

10

TUGAS SISWA

Demikian pula di Indonesia terdapat patung-patung dewa agama Hindu

seperti patung Siwa Mahadewa, patung Siwa sebagai Mahaguru, dan

patung Siwa sebagai Mahakala serta patung-patung agama Buddha yang

kita kenal sebagai Dhyani Buddha yang sangat besar dan megah. Di

daerah-daerah yang terkena pengaruh agama Hindu dan Buddha patung-

patung tersebut berada dalam candi-candi, seperti candi Prambanan dan

Borobudur.

Apresiasi Potensi Bangsa

Indonesia memiliki banyak seniman yang mempunyai keahlian membuat

patung. Garuda Wisnu Kencana di Bali merupakan karya besar

pematung kita, yang berasal dari Bali dan merupakan alumnus dari ITB

Bandung. Kita patut bangga terhadap prestasi mereka yang telah

berkarya dalam mengembangkan potensi bangsa. Apakah kalian

mempunyai bakat sebagai pematung? Apa yang akan kalian lakukan

untuk memperkaya khasanah kekayaan bangsa Indonesia?

Renungkanlah dan tuliskan hasilnya, kemudian serahkan kepada guru!

Di daerah-daerah yang tidak terkena

pengaruh agama Hindu, seni patung

merupakan kelanjutan seni patung zaman

prasejarah. Seni patung tersebut banyak

berhubungan dengan kepentingan keagamaan/

religi daerah setempat yang berakar dari

zaman sebelumnya. Salah satu contohnya

adalah patung-patung pemakaman daerah

Toraja yang melukiskan orang-orang yang

sudah meninggal dunia, patung Totem dari

suku Dayak dan suku Asmat (Papua Selatan),

serta burung Enggang yang merupakan

lambang dari arwah (Kalimantan). Maka

dapat disimpulkan bahwa patung merupakan

sarana untuk penghormatan, pemujaan, dan

upacara keagamaan. Dengan demikian seni

patung memiliki nilai budaya yang cukup tinggi

dalam kehidupan bangsa-bangsa kuno di dunia

maupun di Indonesia.

Gambar 1.5

Totem Asmat

Sumber

: www.artpacific.com

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

11

2) Bentuk Patung

a) Tradisional

Bentuk patung tradisional di Indonesia digarap oleh sebagian

kelompok masyarakat Bali kini. Hal ini disebabkan karena kehidupan

masyarakat Bali tidak banyak berubah terutama dalam hal

kepercayaan masyarakatnya yang mayoritas beragama Hindu.

Perkembangan bentuk seni patung tradisional di Bali dirintis oleh I

Nyoman Tjokot yang dibina oleh seniman R. Bonnet dan Walter Spies

sekitar tahun 1940-an. Tema patung di Bali masih tetap mengambil

dari Ramayana dan Mahabarata, disamping tema keagamaan, misalnya

penggambaran surga dan neraka.

b) Modern

Pertumbuhan patung modern di Indonesia ditandai dengan

kecenderungan patung figuratif, salah satunya dengan munculnya

patung potret diri atau sosok-sosok manusia tertentu yang dipatungkan.

Umumnya patung semacam ini ditampilkan dalam ukuran setengah

dada atau sebatas kepalanya saja. Salah satu contohnya adalah patung

karya S. Sudjojono berjudul Potret Pejuang tahun 1953.

Masih banyak karya lain yang dihasilkan oleh seniman-seniman

patung di Indonesia, seperti karya G. Sidharta

Tiang Berulang

(1973)

dan

Tiang Kehidupan

(1978). Patung karya Sidharta ini memadukan

dua kekuatan yaitu aspek narasi (cerita) dengan kekuatan formal seni

patung.

3) Jenis-Jenis Patung

a)

Figure

: patung yang menggambarkan bagian tubuh manusia

secara utuh, dari kaki sampai kepala.

b)

Buste

: patung dada yang hanya menggambarkan bagian kepala

sampai dada atau hanya dada saja.

c)

Torso

: patung badan atau gembung saja tanpa kepala dan tanpa

anggota badan.

Gambar 1.6

Salah satu jenis patung ganesha

Sumber:

http://saigan.com

Antropologi SMA Kelas XII

12

c.

Seni Ukir

Seni ukir diartikan sebagai ragam hias yang bersifat kruwikan, buledan,

sambung-menyambung, dan merupakan bentuk lukisan yang indah. Bertolak

dari pengertian tersebut, maka seni ukir sebenarnya adalah hasil suatu gambaran

yang dibuat oleh manusia pada suatu permukaan yang dikerjakan sedemikian

rupa dengan alat-alat tertentu sehingga permukaaan yang asal mulanya rata

menjadi tidak rata (kruwikan dan buledan). Dengan demikian ciri utama suatu

ukiran adalah membuat suatu permukaan menjadi tidak rata.

1) Latar Belakang Seni Ukir di Indonesia

Kehadiran seni ukir di Indonesia sebenarnya telah tumbuh pada

zaman purba ketika kesenian Indonesia menerima unsur-unsur seni Hindu.

Dalam perkembangan waktu yang cukup lama, seni ukir menjadi milik

bangsa Indonesia dan diwujudkan dalam mengisi dinding-dinding

arsitekturnya. Hal ini dapat dilihat pada seni bangunan percandian yang

memiliki karya-karya batu ornamentik yang indah.

Menurut Van den Berg dan Kroskamp, seni arca berasal dari

bangsa Hindu, tetapi mereka mengatakan bahwa yang membuat candi

dan arca di Dieng adalah orang Jawa sendiri. Seniman tersebut menciptakan

bangunan di Dieng berdasarkan pengetahuan dari guru-guru mereka yang

berasal dari India. Dengan demikian seni bangunan dan seni arca yang

ada di Indonesia mempunyai corak tersendiri sebagai hasil dari kreativitas

orang Indonesia.

Usaha pemeliharaan dan pengembangan seni ukir klasik ini

dipertahankan terus dari bentuk serta keindahannya, sehingga mencapai

puncak perkembangannya pada zaman keemasan kerajaan Majapahit di

Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui dari berita perjalanan Hayam Wuruk

yang ditulis oleh pujangga Prapanca yang berbunyi antara lain, bahwa

dalam perjalanan tersebut Hayam Wuruk telah mengunjungi beberapa

tempat suci seperti candi Penataran yang didirikan di lereng gunung Kelud.

Pada dinding candi tersebut terdapat relief tokoh pewayangan dan juga

banyak arca yang indah.

Sejalan dengan masa suramnya kerajaan Majapahit,

berkembanglah agama Islam serta peradabannya di Jawa, khususnya di

pantai utara Jawa. Bila pertumbuhan seni ukir diawali dengan masuknya

agama Hindu di Jawa, maka berkembangnya seni ukir seiring dengan

berkembangnya kebudayaan Islam yang berpusat di kesultanan Demak

melalui proses akulturasi. Walaupun kerajaan Majapahit mengalami masa

surut, namun tidak berarti membawa runtuhnya seni hias klasik di Jawa,

bahkan ia merupakan awal dari perkembangan baru kebudayaan zaman

madya dengan bentuknya yang khusus terutama adanya pengaruh agama

Islam.

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

13

TUGAS SISWA

Wawasan untuk Masa Depan

Seni ukir telah lama dikenal di Indonesia. Seperti kalian ketahui, di Candi

Prambanan dan Borobudur terdapat relief-relief yang menunjukkan

kepada kita bahwa bangsa Indonesia telah mampu membuat karya yang

merupakan dasar seni ukir, bahkan berbagai mebel ukir saat ini telah

banyak diekspor ke luar negeri. Bagaimana dengan kalian? Apakah

kalian berprestasi untuk masa depan bangsa? Apa yang akan kalian

lakukan untuk ikut serta dalam menyumbangkan khasanah ukir di Indo-

nesia? Berkonsultasilah kepada guru kalian!

Dalam banyak hal kebudayaan Islam memang sangat ber-

pengaruh terutama dalam pelarangan mewujudkan bentuk-bentuk figur

ataupun makhluk hidup dalam setiap unsur ukiran. Hal ini dibuktikan dengan

lahirnya bentuk-bentuk yang telah distilir dari makhluk hidup tersebut.

Pengaruh Islam juga menyebabkan seni patung tidak berkembang di Jepara,

sehingga terjadi perbedaan yang nyata antara perkembangan seni ukir di

Jepara dengan seni ukir yang berkembang di Bali.

Berikut ini disajikan contoh-contoh visual gaya seni ukir yang

berkaitan dengan aneka ragam motif hias dan gaya mebel ukir yang

berkembang di Jepara.

2) Jenis-Jenis motif Hias:

a) Motif hias percandian

Gambar 1.7

Lambang kesuburan, terdapat pada Candi Prambanan.

Bentuk plot mengekspresikan sulur-suluran dan bunga.

Sumber:

Abdul Kadir, 1979

Antropologi SMA Kelas XII

14

Gambar 1.8

Motif tumbuh-tumbuhan sebagai lambang kesuburan terdapat

di Candi Kalasan (Jawa T

engah)

Sumber:

Abdul Kadir, 1979

b) Motif hias kedaerahan

Gambar 1.9

Kiri menurun: motif hias Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, Jepara.

Kanan menurun: motif hias Majapahit, Pajajaran, Bali, Surakarta

Sumber:

Abdul Kadir, 1979

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

15

2. Perkembangan Seni Sastra

Istilah ‘sastra’ memiliki arti tulisan. Secara lebih luas, sastra dapat diartikan

pembicaraan tentang berbagai tulisan yang indah bentuknya dan mulia isinya.

Keindahan bentuk hasil sastra yang kemudian lazim disebut sebagai karya

sastra terlihat dari puisi, prosa, lirik prosa, drama, maupun bentuk karya sastra yang

lain, baik yang tergolong ke dalam sastra kuno, masa peralihan, sampai sastra

modern, bahkan sastra kontemporer pada masa mutakhir

.

Ditilik dari segi bentuk, karya sastra adalah sesuatu yang dapat menyenangkan

hati, sedangkan bila ditilik dari segi isi, karya sastra memiliki nilai guna bagi siapa

saja yang mampu mengapresiasikannya. Karya sastra bukan sekedar dibaca dan

dihayati sebagai pengisi waktu, melainkan di dalamnya terkandung nilai-nilai yang

bermakna bagi kehidupan.

Perkembangan seni sastra dapat dilihat dari zaman kuno, yaitu zaman

sebelum ditemukannya tulisan, ketika manusia mengembangkan seni sastra melalui

tradisi lisan yang diwariskan dari mulut ke mulut dan disampaikan dari seorang

penutur kepada orang lain dalam bentuk

cerita

atau

dongeng

(cerita kancil yang

mencuri timun petani),

legenda

(kisah batu menangis). Kemudian pada zaman

aksara, seni sastra telah mulai dikembangkan dalam bentuk tulisan-tulisan atau karya

sastra yang pada waktu itu ditulis pada daun lontar. Peninggalan-peninggalan tulisan

kuno ini dapat kita lihat di beberapa museum seperti Trowulan, dan dapat pula kita

saksikan tulisan kuno di museum Bali yang mengisahkan tentang kerajaan-kerajaan

di Bali. Peninggalan-peninggalan tersebut menunjukkan kepada kita hasil karya seni

sastra pada zaman Hindu-Buddha.

Bila kita cermati lebih lanjut, ternyata masih banyak karya sastra yang

lain peninggalan zaman Hindu-Buddha yaitu:

1.

Bharatayuda

karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh;

2.

Gatotkacasraya

karya Mpu Panuluh;

3.

Smaradhahana

karya Mpu Darmaja;

4.

Wrattasancaya

dan

Lubdhaka

karya Mpu Tanakung.

Pada akhir abad ke-16 sampai abad ke-17 masehi, pengaruh sastra Islam

baru nampak dalam sastra Melayu Islam yang diterima sebagai unsur yang

memperkaya, mendinamisir, serta mengangkat derajat sastra Melayu menjadi cukup

tinggi. Dalam perkembangannya terjadi integrasi yang kokoh antara tradisi sastra

Melayu dengan Islam.

Dalam sastra Melayu Islam muncul karya-karya Hamzah Fansuri seperti

Asrar al-Arifin Syair Perahu,Syair Dagang, Syair Si Burung Pingai

. Demikian

pula karya-karya Ar-Raniri

Tibyan fi Ma’rifat al-Adyan Shirot al-Mustaqim

Bustan al-Shalatin,

juga karya Syamsudin Pase

Mir’at al-Iman Mir’at

al-Mu’minin

, dan sebagainya.

Sastrawan-sastrawan Indonesia yang kita kenal antara lain:

1.

Chairil Anwar

2.

Sutan Takdir Alisyahbana

3.

H.B. Yasin

4.

Ajip Rosidi

Antropologi SMA Kelas XII

16

5.

Hamka

6.

N. H. Dini

7.

Umar Kayam

8.

Sapardi Djoko Damono

9.

Taufik Ismail

10. W. S. Rendra

Seni sastra di Indonesia digolongkan dalam beberapa zaman sebagai berikut.

a.

Pujangga Lama

Merupakan karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad XX.

Pada masa ini karya sastra di Indonesia didominasi oleh syair, pantun, gurindam,

dan hikayat “Karya Sastra Pujangga Lama”.

b. Sastra Melayu Rendah

Yaitu karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942,

yang berkembang di lingkungan masyarakat Cina dan masyarakat Indo-Eropa.

c.

Angkatan Balai Pustaka

Yaitu karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920-1950, yang dipelopori

oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek, dan drama)

dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, dan hikayat

dalam khasanah sastra di Indonesia pada masa ini.

d. Pujangga Baru

Pujangga baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang

dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan pada masa tersebut,

terutama terhadap karya sastra yang menyangkut nasionalisme dan kesadaran

kebangsaan.

e . Angkatan ‘45

Karya sastra angkatan ini diwarnai pengalaman hidup dan gejolak sosial-

politik-budaya.

f.

Angkatan 50-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra

Kisah

asuhan

H.B.Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra didominasi cerita pendek dan

kumpulan puisi.

g. Angkatan 50-60-an

h. Angkatan 66-70-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra

Horison

. Semangat

avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Karya sastra pada angkatan

ini sangat beragam dalam aliran sastra, seperti karya sastra beraliran surreealistik,

arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain. Sastrawan pada akhir angkatan

yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini, seperti Motinggo Busye, Purnawan

Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Gunawan Mohammad, Sapardi

Djoko Damono, dan Satyagraha Hurip, serta sastrawan yang dijuluki Paus

Sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Seorang sastrawan pada angkatan 50 hingga 60-an yang mendapat

tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya

sastranya berupa novel, cerpen, dan drama kurang mendapat perhatian bahkan

sering menimbulkan kesalahpahaman. Ia disebut sebagai sastrawan yang lahir

mendahului zamannya.

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

17

TUGAS SISWA

Beberapa sastrawan lain pada angkatan ini adalah: Umar Kayam,

Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief

Budiman, Gunawan Mohammad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Widjaya,

Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lain.

i.

Dasawarsa 80-an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980 ditandai

dengan banyaknya roman percintaan dan sastrawan wanita yang menonjol

pada masa tersebut.

j.

Angkatan Dasawarsa 2000-an

Sastrawan angkatan 2000 mulai merefleksikan keadaan sosial dan politik

yang terjadi pada akhir tahun 90-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses

reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kisah

novel fiksi.

k. Cybersastra

Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak sastra

Indonesia yang tidak dipublikasi sebagai buku namun termaktub di dunia maya

(internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit,

maupun situs pribadi. Ada beberapa situs sastra Indonesia di dunia maya.

Berpikir Kritis

Buatlah karya yang merupakan wujud dari pengalaman hidup yang pernah

kalian alami dalam bentuk sajak! Kumpulkan hasilnya kepada guru!

3. Seni Pertunjukan

Seni pertunjukan meliputi seni tari, seni drama, dan seni musik.

a

.

Seni Tari

Apakah Anda mengenal seni tari? Menurut Curt Sach dalam

Wo r l d

History of The Dance

, tari adalah gerak yang berirama. Menurut Corrie

Hartong tari adalah gerak gerik badan yang diberi bentuk dan irama di dalam

ruang.

Secara sederhana tari adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang

estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media gerak tubuh manusia

yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu. Dalam seni tari, unsur utamanya

adalah gerak, dan unsur terpenting lainnya adalah irama.

Di Indonesia terdapat berbagai macam tari yang berasal dari berbagai daerah.

Berikut akan kalian pelajari satu persatu.

1) Tari Saman

Tarian ini mempunyai komposisi khas, berasal dari beberapa daerah

Propinsi Aceh seperti Aceh Tengah, Aceh Timur, dan Aceh Barat. Tarian

ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk

berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring.

Antropologi SMA Kelas XII

18

Bentuk tarian ini banyak

memainkan tangan yang ditepuk-

tepukkan pada berbagai anggota badan

yang dihempaskan ke berbagai arah dan

dipandu oleh seorang pemimpin yang

lazimnya disebut Syeh. Tarian ini

mempunyai bentuk sajian dominan

berupa gerak langkah kaki yang lincah

seperti berlari, dan sangat dinamis.

Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawakan/ditarikan oleh

kaum pria, tetapi dalam perkembangannya sekarang tarian ini sudah banyak

ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari

wanita. Tarian ini ditarikan oleh kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8

penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.

2) Tari Tor-Tor

Tarian ini termasuk tari hiburan dari Sumatera Utara. Tari ini disajikan

sebagai hiburan selingan upacara adat. Ragam geraknya sangat sederhana,

pola gerak banyak meniru gerakan binatang, misalnya walang kekek yang

dalam bahasa daerah disebut balanghua. Iringan yang digunakan adalah

Gondang Simalungun.

3) Tari Sriwijaya

Tarian ini berasal dari Sumatera Selatan dan merupakan tari tradisi

yang saat ini masih dipercaya sebagai peninggalan kerajaan Sriwijaya.

Tarian ini biasanya digunakan pada acara penyambutan tamu agung

kerajaan tersebut.

4) Tari Payung

Tari ini berasal dari Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Pada dasarnya

tarian ini dibawakan secara berpasangan antara penari pria dan penari

wanita, dengan menggunakan payung. Gerakannya merupakan aspek

kehidupan para remaja yang ada di daerah tersebut. Musik pengiring aslinya

menggunakan Talempong dan Saluang, tetapi pada masa kini sudah banyak

diiring dengan instrument Barat, seperti orkes Melayu. Lagu-lagu yang

digunakan untuk mengiringinya pada umumnya lagu Babindi-Bindi,

Singgalang Runtuah, Singgalang Renyai, dan lagu Minang Lenggang.

5) Tari Ya-Fatah

Tari Ya-Fatah merupakan tari rakyat Jambi yang terdapat di desa-

desa di sepanjang aliran sungai Batanghari. Tarian ini merupakan sarana

pemikat untuk mengumpulkan masyarakat dalam upaya penyebaran agama

Islam. Selain itu tari ini juga berfungsi sebagai sebagai pengantar pengantin

pria ke tempat pengantin wanita.

6) Tari Tabot

Tari tabot adalah bagian dari upacara Tabot setiap bulan Muharam,

berlangsung di kotamadya Bengkulu. Riwayat Tabot erat hubungannya

dengan peringatan wafatnya cucu Nabi Muhammad saw.

Gambar 1.10

Tari dari berbagai

daerah di Indonesia

Sumber:

http://images.google.co.id

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

19

5) Tari Piring

Tari ini sudah hidup subur di

wilayah pesisir selatan dan

Sumatera Barat. Penyajian tari ini

dilakukan secara berpasangan

maupun kelompok dengan ragam

gerakan yang sifatnya cepat dan

dinamis serta diselingi bunyi piring

berdetik yang dibawa oleh para penari.

Tarian ini banyak menggambarkan

kegembiraan, kebersamaan, kese-

jahteraan, dan kemakmuran rakyat

Minangkabau.

8) Tari Zapin

Tari Zapin merupakan jenis tari ketangkasan dan kelincahan gerak

yang indah dan berirama. Tari ini pada mulanya berkembang di kalangan

santri terutama sebagai pengisi waktu senggang mereka setelah selesai

mempelajari ilmu agama dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari.

Kalau ditinjau dari ragam gerak dan komposisinya, dapat diduga

tari ini merupakan penyesuaian tari-tari kepahlawanan dari Timur Tengah,

dan masuk ke Indonesia bersama dengan awal perkembangan agama Is-

lam. Gerak tari in terutama ditekankan pada kelincahan rentak kaki dan

kelenturan tubuh melakukan gerak berputar, maju mundur dengan

cepat.Keharmonisan tari ini paling nampak jika ditarikan berpasangan atau

oleh beberapa penari yang dijalankan secara serentak dan kompak, cepat,

lincah, sehingga mendebarkan hati yang melihat. Penyajian tari ini bisa

berpasangan maupun kelompok yang disajikan dengan tempo cepat, lincah,

yang ditarikan oleh penari pria dengan mengandalkan irama dari hentakan

kaki dan jentikan jari tangan penari tersebut.

9) Tari Penggung Cambai

Penggung artinya pegang, cambai artinya sirih. Tari Penggung

Cambai adalah sebuah tarian rakyat daerah Lampung yang

menggambarkan tata kehidupan masyarakat terutama tata pergaulan muda-

mudi yang menjunjung tinggi adat istiadat.

Daun sirih merupakan lambang rasa hormat, hingga sirih (sekapur sirih)

sering dipakai dalam acara menyambut tamu agung atau dalam perjamuan

kecil lainnya.

10) Tari Cokek

Tarian ini berasal dari DKI Jakarta yang merupakan tari pergaulan.

Tarian ini ditarikan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan dengan

iringan khas musik Jakarta yaitu gamelan Gambang Kromong.

11) Tari Gambyong

Tarian klasik ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah, yang

menggambarkan sifat-sifat wanita yang diungkapkan dalam gerak halus,

lembut, lincah, dan terampil namun sebagai seorang wanita Jawa tetap

menonjolkan keluwesannya. Beberapa contoh tarian ini adalah Gambyong

Gambirsawit, Gambyong Pareanom, dan Gambyong Pangkur.

Gambar 1.11

Tari Piring dari Minangkabau

Sumber:

http://khatulistiwa.free.fr

Antropologi SMA Kelas XII

20

TUGAS SISWA

12) Tari Bedaya

Tari Bedaya merupakan tari kelompok dengan komposisi 9

(sembilan) orang penari putri. Komposisi ini mengandung cerita tertentu

yang sangat simbolik dan tidak menggunakan dialog. Gerak-geriknya sangat

halus dan lembut. Komposisi 9 mempunyai nama sendiri-sendiri, yaitu:

Batak, Jangga, Dada, Buncit, Apit Ngajeg, Apit Wingking, Endel Pojok,

Endel Weton Ngajeng, dan Endel Weton Wingking.

Fungsi tari Bedaya adalah sebagai tari upacara adat kraton,

diantaranya Penobatan Raja, Tumbuk Yuswa (Hari Ulang Tahun).

13) Tari Remo

Tarian ini menggambarkan karakter penari putri (pada umumnya

ditarikan oleh pria yang berbusana putri). Tari in biasa digunakan untuk

menyambut tamu. Hadirin yang datang disambut dengan tarian yang lincah

dengan menggunakan permainan selendang (remong).

Bentuk tari ini ditandai dengan gerakan lincah dan dinamis. Penari

juga membawakan tembang yang isinya mengucapkan selamat datang

kepada para hadirin. Dalam perkembangan selanjutnya, tari ini tidak

ditarikan perempuan saja, tetapi juga penari pria dengan karakter laki-laki

dengan pola gerak gagah. Fungsi tarian ini adalah hiburan, dan pada

umumnya digunakan sebagai pembuka pertunjukan teater Ludruk.

Wawasan Berkarya

Di depan telah disajikan contoh-contoh tarian dari berbagai daerah di

Indonesia. kalian harus bangga terhadap khasanah kekayaan budaya

bangsa Indonesia dan kalian harus berusaha untuk melestarikannya,

bahkan juga menambah kekayaan budaya kita. Bagi kalian yang

mempunyai potensi dalam bidang seni tari, coba ciptakanlah tarian kreasi

baru! Carilah inspirasi kombinasi dari berbagai daerah di Indonesia!

Berkonsultasilah dan laporkan hasilnya kepada guru kalian.

Gambar 1.12

Tari Bedaya dari Yogyakarta

Sumber:

www.jawakidul_nl.bedh.sembah

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

21

b. Seni Drama

Istilah drama berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata

dramon

yang

berarti

perbuatan

atau

gerak

. Jadi,

drama

berarti seni untuk mengungkapkan

pekerti manusia melalui perbuatan yang dipanggungkan.

Kata/istilah teater menunjuk pada “seni pertunjukan”. Dalam seni teater

kehadiran penonton memiliki nilai yang sangat penting. Kerjasama antara pelaku

teater dan penonton menjadi inti/hakikat dari pertunjukan teater.

Istilah teater di Indonesia biasa diartikan sebagai seni pertunjukan yang

terfokus pada cerita, dialog, dan seni peran (

acting

). Seni teater termasuk

dalam seni multimedia karena menggunakan lebih dari satu media. Seni teater

mengungkapkan maknanya melalui bahasa teatrikal (pengalaman teater). Tujuan

utama seni teater adalah pengalaman dan kenikmatan teatrikal.

Dengan demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa seni teater

(drama) adalah ungkapan, gagasan, atau perasaan yang estetis dan bermakna

yang diwujudkan melalui media gerak, suara, dan rupa yang ditata dengan

prinsip-prinsip tertentu.

Seni drama terbagi menjadi dua macam, yaitu drama tradisional serta

drama modern. Berbagai daerah di Indonesia memiliki bermacam-macam jenis

drama tradisional antara lain sebagai berikut.

1) Lenong ( Betawi )

2) Kethoprak ( Jawa Tengah dan DIY )

3) Ludruk ( Jawa Timur )

4) Cupak Gerantang ( Lombok )

5) Wayang ( Jawa )

6) Arja ( Bali )

Yang menonjol di antaranya adalah seni pedalangan atau pewayangan.

Wayang dalam arti bahasa berarti bayangan, ialah semacam seni drama, di

mana boneka-boneka digerakkan oleh seorang dalang dan bayangan boneka-

boneka itu ditangkap di atas kelir. Supaya dapat melihat bayangan wayang itu,

maka para penonton harus duduk di belakang layar.

Wayang pada umumnya dimainkan pada malam hari dengan penerangan

lampu minyak kelapa yang besar, yang disebut “blencong”. Pertunjukan wayang

pada awalnya adalah upacara pemujaan arwah nenek moyang. Boneka wayang

adalah lukisan dari nenek moyang yang arwahnya dihadirkan dalam upacara itu.

Dalam peranannya wayang adalah perantara (medium) antara dunia

nyata dengan alam gaib. Tugas dalang adalah sebagai “syaman”. Upacara

pertunjukan wayang mula-mula selalu diadakan di ruangan yang suci dalam

rumah orang Jawa yang disebut pringgitan. Ruangan tersebut berada di

perbatasan antara pendapa dalem. Sebelum pertunjukan wayang dimulai

terlebih dahulu dalang mengadakan upacara keagamaan dengan membakar

dupa dan memberikan sesaji.

Antropologi SMA Kelas XII

22

Pertunjukan wayang sebagai upacara keagamaan disertai dengan musik

gamelan yang disesuaikan dengan keadaan alam. Misalnya antara jam 6 sore

dan 9 malam bunyi gamelan mengikuti bunyi-bunyian dalam alam yang sedang

istirahat menuju ke suasana akan tidur, jadi menyerupai suara angin. Antara

jam 9 malam dan jam 2 malam, alam tidur nyenyak maka suara gamelan menjadi

lebih berat dan lebih mendalam. Antara jam 2 malam dan jam 6 pagi alam

menuju ke suasana bangun, maka bunyi gamelanpun bertambah ramai dan

suaranya keras.

Adapun jenis-jenis wayang dan ceritera yang dipertunjukkannya adalah

sebagai berikut.

a.

Wayang Kulit

Terbuat dari kulit binatang seperti sapi dan kerbau. Wayang kulit

juga dinamakan wayang purwa. Kata purwa berasal dari bahasa

Sansakerta

parwa

yaitu bagian dari buku Mahabharata.

Cerita wayang kulit diambil dari kitab Mahabharata dan

Ramayana, tetapi ceritanya sudah disesuaikan dengan suasana dan

kepribadian Indonesia. Sebagai contoh adalah terdapat punakawan

(semar, gareng, petruk, dan bagong) yang tidak terdapat dalam

Mahabharata dan Ramayana asli.

b. Wayang Beber

Sumber ceritera tetap dari Ramayana dan Mahabharata, tetapi

tiap adegan dilukis di kain yang dapat digulung dan dibuka (dibeber).

Dalang akan menceritakan jalannya adegan-adegan itu diiringi gamelan.

c.

Wayang Krucil (Wayang Klitik)

Disebut demikian karena bentuknya yang lebih kecil dari wayang

purwa. Cerita yang dimainkan adalah cerita-cerita dari zaman

Majapahit, tetapi cerita-cerita Menak pun juga sering dimainkan.

d. Wayang Gedog

Bentuknya seperti wayang kulit, tetapi bahannya dari kayu.

Ceritanya diambil dari zaman Kediri dan Jenggala (cerita panji).

“Gedog” artinya kandang kuda, disebut wayang gedog sebab banyak

tokohnya yang namanya memakai kata “kuda,” misalnya Panji

Kudawanengpati.

e . Wayang Golek

Wayang golek terbuat dari boneka kayu yang dikombinasi dengan

kain sebagai pakaiannya. Cerita yang dimainkan mengambil cerita

kesusasteraan Islam seperti cerita-cerita Menak. Wayang golek

terkenal di daerah Jawa Barat. Musik pengiringnya gamelan diiringi

vokal pesinden.

f.

Wayang Orang

Sumber cerita diambil dari Ramayana dan Mahabharata. Para

pelakunya adalah orang-orang yang berpakaian seperti wayang. Para

pemain dapat berdialog langsung sesuai jalannya cerita. Dalang dalam

berindak juga sebagai sutradara. Iringan musiknya adalah gamelan.

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

23

Gambar 1.13

Wayang Orang

Sumber:

http://www.gkj-online.com

g. Wayang Suluh

Muncul sejak zaman Jepang dengan maksud memberi penerangan

(penyuluhan) kepada rakyat. Sumber cerita diambil dari zaman

berdirinya Republik Indonesia dan masa perang kemerdekaan. Tokoh-

tokoh wayang bentuknya seperti manusia zaman sekarang, termasuk

cara berpakaiannya.

B. Fungsi Seni dalam Masyarakat

Berkembannnya seni di Indonesia diakibatkan karena memiliki daerah yang

masih kental dengan kebudayaan.Beranekaragamnya kebudayaan manusia

memunculkan ide-ide dasar dalam melakukan ekspresi budaya yang dikembang

dalam karya. Setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki kebiasaan dan adat

istiadat sendiri akibatnya penduduk yang mendiaminya memiliki kharakteristik dalam

menciptakan kebudayaan. Penciptaan kebudayaan ini di aplikasikan dalam bentuk

kesenian dengan tujuan untuk mengeksistensikan diri dan daerahnya.

Menurut

William A. Haviland

fungsi seni secara umum sebagai berikut.

1.

Sebagai hiburan bagi masyarakat.

2.

Untuk menentukan norma perilaku yang teratur.

3.

Menambah solidaritas masyarakat.

4.

Sebagai simbol komunikasi budaya dengan masyarakat lainnya.

Dengan demikian kesenian sangat berguna baik masyarakat dalam mempertahankan

kestabilan dalah kehidupan di masyarakat. Kesenian juga mampu mempertahankan

bentuk budaya di suatu daerah.

Secara alamiah kesenian digunakan untuk mengasah ekspresi manusia dalam

memunculkan ide-idenya secara sistematis agar dapat dikenal di dalam masyarakat.

Tapi dalam eksitensinya seni juga dipengaruhi oleh budaya yang diterima oleh para

seniman. Akibatnya secara laten seni dapat berfungsi untuk menunjukan kebudayaan

dari suatu daerah untuk menghibur masyarakatnya.

C.

Seni, Seniman, dan Masyarakat

Pelaku seni sering disebut juga sebagai seniman. Menurut

Kamus Besar

Bahasa Indonesia

, yang dimaksud dengan seniman yaitu orang yang mempunyai

bakat seni dan berhasil menciptakan serta menggelar karya seni (pelukis, penyair,

penyanyi, dan sebagainya).

Antropologi SMA Kelas XII

24

Dari pengertian tersebut, kalian dapat mengetahui bahwa hubungan antara

seniman dengan karya seni dan masyarakat sangat erat, bahkan merupakan sebuah

kesatuan. Hal ini dapat kita lihat dari seorang seniman, pelukis ternama dari Solo,

yang bernama Raden Saleh. Meskipun menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak

sungkan mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda. Ini diwujudkannya

dalam lukisan

Penangkapan Pangeran Diponegoro.

Lukisan tersebut serupa dengan karya J.W. Pieneman, tetapi Raden Saleh

memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa

menyerahnya Pangeran Diponegoro yang berdiri dengan wajah letih dan kedua

tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda

kalah perang. Di latar belakang Jendral De Kock berdiri berkacak pinggang

menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.

Sedangkan dalam versi Raden Saleh, di lukisan yang selesai dibuat tahun 1857

itu pengikutnya tak membawa senjata. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro, pun

tak ada. Ini menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan Ramadan. Maknanya,

Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik, namun perundingan gagal.

Diponegoro ditangkap dengan mudah, karena Jendarl De Kock mengetahui bahwa

musuhnya tak siap berperang di bulan Ramadan. Di lukisan itu Pangeran Diponegoro

tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris

keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam tasbih.

Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap

menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran

Diponegoro yang lain. Jendral De Kock pun kelihatan sangat segan dan menghormat

mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau

ke tempat pembuangan. Dari karya yang artistik tersebut, nampak bahwa Raden

Saleh memiliki jiwa patriotisme yang tinggi.

Dari kedua lukisan tersebut Anda dapat mengetahui bahwa meskipun

melukiskan tentang peristiwa yang sama, tetapi lukisan yang dihasilkan oleh kedua

pelukis tersebut berbeda, sesuai dengan pribadi masing-masing. Selain itu, lukisan

tersebut juga sangat erat dengan masyarakat, yakni melukiskan suatu peristiwa

yang terjadi dan memiliki efek yang besar bagi masyarakat.

Selanjutnya bagaimana masyarakat akan mengetahui karya-karya para

seniman? Masyarakat luas tidak akan dapat mengenal dan mengetahui tentang

karya-karya seni ini kalau tidak dipublikasikan. Maka diselenggarakanlah pameran-

pameran seni yang bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui tentang karya-

karya seni yang telah dihasilkan para seniman, agar masyarakat dapat menikmati

karya-karya seni tersebut yang merupakan ekspresi manusia, dan mengetahui bahwa

para seniman telah berhasil melahirkan moment (peristiwa) sebagai sesuatu yang

bernilai seni.

Dengan demikian hubungan antara seniman dengan karya seninya dan

masyarakat sangat erat. Karya seni tersebut merupakan cermin dari pribadinya,

cita-citanya, dan harapannya sebagai pribadi maupun sebagai warga yang mewakili

bangsanya. Setelah diketahui dan dikenal oleh masyarakat, maka masyarakatlah

yang dapat menilai dan selanjutnya menghargai karya seni tersebut sebagai kekayaan

budaya bangsa Indonesia yang harus dipelihara dan dilestarikan.

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

25

D.

Sikap terhadap Dampak Potensi Seni

Bangsa Indonesia berbagai macam potensi seni baik seni rupa, seni sastra,

maupun seni pertunjukan. Dalam seni rupa (lukis, patung, dan seni ukir) masyarakat

Indonesia telah memiliki kemampuan dalam menghasilkan karya-karya yang

mempunyai kualitas yang cukup tinggi.

Hal ini dapat dilihat dari karya pelukis seperti Raden Saleh seperti telah

kalian pelajari di depan, Basuki Abdullah, Affandi, dan sebagainya yang telah diakui

dan dihargai oleh dunia. Demikian pula seni patung dan seni ukir bisa dilihat dari

karya mebel yang dewasa ini produknya kita ketahui berasal dari Jepara. Namun

walaupun keberadaan karya seni ini telah memasuki pasar global, tetap memerlukan

perhatian serius baik dari masyarakat maupun pemerintah.

Kontinuitas pemasaran dalam negeri pun perlu terus ditingkatkan. Jalinan

relasi pemasaran di luar negeri perlu dijajaki dan direncanakan secara seksama.

Kemudian diambil langkah-langkah yang akurat berdasarkan studi yang memadai.

Sudah barang tentu dukungan dari instansi terkait terutama dalam hubungannya

dengan kemasan dan transportasi merupakan persyaratan yang tidak dapat ditunda,

agar kehadirannya tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat harga. Untuk itu standarisasi

sudah seharusnya diterapkan, sehingga produk yang ditawarkan sesuai dengan selera

dan kebutuhan pasar nasional dan pasar global. Demi tercapainya efektifitas dan

efisiensi pelaksanaannya, maka harus didukung tersedianya sarana dan prasarana

yang memadai. Selain itu sudah saatnya diupayakan adanya perlindungan terhadap

produk-produk dalam negeri yang diakui secara internasional.

Untuk menyikapi dari perkembangan seni kita harus memiliki ketahanan

mental untuk dapat menyaring dari segi positif maupun segi negatifnya. Perkembangan

seni yang bebas di era reformasi ini menyebabkan memudarnya makna seni sebagai

sesuatu yang estetika sehingga batas antara seni dan norma etika sudah menipis.

Akibatnya benturan dengan tatanan norma dan kebudayaan masyarakat tidak

terhindari. Misalnya di dalam kebudayaan masyarakat yang sudah melembaga bahwa

nilai pornografi merupakan suatu nilai yang tabu yang bermakana rendah. Tapi bagi

kalangan pencipta seni bahwa bentuk pornografi memiliki nilai estetika yang alami

dan bukan lagi sebagai suatu ketabuan. Dengan demikian untuk menyikapi kejadian

ini kita tidak boleh fleksibel untuk mengikutinya sehingga kita mampu menempatkan

diri pada posisi yang benar.

Seni diyakini bersifat universal dan merupakan salah satu cermin budaya

bangsa serta rekaman pola pikir, perilaku sosial, dan kreativitas masyarakat pada

zamannya. Perkembangan seni di Indonesia mengalami pasang surut karena berbagai

kendala serta adanya tuntutan masyarakat yang kian maju. Oleh karena itu, maju

dan berkembangnya seni berkaitan erat dengan kompleksitas pola pikir yang banyak

dipengaruhi oleh kondisi alam dan sosio-kultural yang mendukungnya.

Agar tidak terjadi suatu perdebaan dengan seni-seni yang berkembang

dimasyarakat, maka sikap kita yang harus dikembangkan adalah sebagai berikut.

1.

Selalu menempatkan diri pada norma-norma budaya yang berlaku.

2. Berpikir positif terhadap model-model seni yang baru dan yang

menyinggung norma-norma yang berlaku.

Antropologi SMA Kelas XII

26

3.

Bersikap subjektif terhadap seni yang berkembang.

4

Kritis terhadap model seni yang baru dan juga yang berasal dari budaya

asing.

5.

Mempertahankan identitas budayanya dalam menilai seni yang berkembang

di Indonesia.

Nuansa Antropologi

Kesenian Bangkitkan Kesadaran Manusia

YOGYA-

Kesenian dengan berbagai produknya selalu berjalan

dinamis. Kesenian ada yang masih dipertahankan, ada pula yang

ditinggalkan dan diperbaharui. “Dalam kesenian pasti ada nilai yang

tampak dan tidak tampak, bahkan tak terduga,” kata peneliti seni-budaya,

Endo Suanda MA.

Endo Suanda berkata, kesenian apapun selagi masih bertahan

pasti merangkum nilai seni dan sosialnya. “Boleh jadi memahami kesenian

seperti mengurai benang kusut serta tidak tahu harus dimana,” kata

lelaki yang pernah mengajar di SMKI ataupun dosen IKJ. Memahami

dinamika seni dan budaya, kata Endo Suanda harus memahami

kompleksitas masyarakat, sosio-kulturnya. Karya seni tidak berdiri

sendiri, tetapi juga menjadi bagian dari masyarakatnya. Ia memberi

ilustrasi melakukan penelitian tentang sungai, penelitian tidak menantang

kalau hanya berkutat pada sungai.

Maksudnya, memahami kompleksitas sungai harus tahu hulu-hilirnya,

gunung, sawah, banjir, laut. “Pemahaman yang komprehensif tentang

kesenian sangat dibutuhkan, bukan sekadar karya, tetapi apa yang terjadi

di tengah realitas masyarakatnya,” katanya saat diundang Jurusan Tari

FSP ISI Yogya.

Endo Suanda mengungkapkan hal tersebut agar peneliti

memandang kesenian tidak sekadar pada garis-garis teori, atau

pemahaman yang bersifat teks, justru yang menantang adalah bagaimana

konteksnya, kesenian pasti ada posisi perubahan-perubahan itu sendiri.

Endo Suanda sebenarnya mengajak, memahami kesenian memang harus

memiliki bekal ilmu, cara pandang yang sistematis, kemampuan

melakukan pembacaan dengan rasio/akal dan rasa. “Kesenian itu sendiri

menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan,” tandasnya. Kesenian mampu

merangkum perasaan suka-duka, jauh-dekat, halus-kasar, vulgar-

kontemplatif. “Hal yang sering dilupakan, tidak semua ekspresi seni

bisa diterangkan. Ada sekadar dirasakan, teraba, hambar bahkan tak

terduga, ada rahasia di ruang-ruang imajinasi,” katanya. Kesenian, jika

ingin hidup, harus berani bercermin lewat perubahan zamannya.

Kedaulatan Rakyat, 11 Oktober 2006

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

27

Tanggap Fenomena

1.

Bagaimana pendapat Endo Suanda mengenai Kesenian?

2.

Siapa Endo Suanda?

3.

Apakah Endo Suanda mempunyai kepentingan terhadap kesenian?

4.

Bagaimana pendapat kalian tentang kesenian?

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, identifikasikanlah perkembangan seni rupa,

seni sastra, dan seni pertunjukkan! Kerjakan pada kertas folio!

Antropologi SMA Kelas XII

28

1.

Identifikasi dan perkembangan seni rupa

a) Seni Lukis

1)

Sejarah Umun Seni Lukis

a) Seni lukis zaman prasejarah

b) Seni lukis zaman klasik

c) Seni lukis zaman pertengahan

d) Seni lukis zaman renaissance

2)

Seni Lukis di Indonesia

3)

Aliran-Aliran Seni Lukis

a) Surrealisme

b) Impressionisme

c) Naturalisme

d) Kubisme

e) Romantisme

f)

Ekspressionisme

g) Realisme

h) Abstraksi

4)

Pelukis-Pelukis Indonesia

b) Seni Patung

1)

Pertumbuhan Seni Patung

2)

Bentuk Patung yang Terdapat di Indonesia

a)

Tradisional

b) Modern

3)

Jenis-Jenis patung

c) Seni ukir

1)

Latar belakang seni ukir di Indonesia

2.) Jenis-jenis motif hias

2.

Identifikasi dan perkembangan seni sastra

3.

Identifikasi dan perkembangan seni pertunjukan

a.

Seni Tari

b.

Seni Drama

4.

Hubungan karya seni dengan pelaku seni dan masyarakat

5.

Peran pemerintah dan masyarakat terhadap perkembangan seni.

RANGKUMAN

Bab 1 – Keberagaman dan Perkembangan Seni di Indonesia

29

I.

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban

yang paling benar! Kerjakan di buku latihan Anda!

1.

Lukisan yang menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui dalam

mimpi adalah lukisan yang beraliran ....

a

.

romantisme

d.

impresionisme

b.

kubisme

e .

realisme

c.

surrealisme

2.

Pelukis pertama Indonesia yang kita kenal adalah ....

a.

Affandi

d.

Raden Saleh

b.

Basuki Abdullah

e.

Djoko Pekik

c.

Sapto Hudoyo

3.

Basuki Abdullah dikenal sebagai pelukis yang beraliran ....

a.

abstraksi

d.

ekspressionisme

b.

naturalis

e.

romantisme

c.

realisme

4.

“Monalisa” merupakan karya besar dari pelukis ....

a.

Pablo Picasso

d.

Leonardo da Vinci

b.

Michaelangelo

e.

Giovani Bocacio

c.

Raphael

5.

Seniman patung terkenal yang merupakan perintis di Bali adalah ....

a.

I Nyoman Tjokot

d.

I Wayan Tjokot

b.

I Ketut Sudharta

e.

Nyoman Nuarta

c.

I Made Bandem

6.

Patung berfungsi sebagai sarana berikut,

kecuali

....

a.

penghormatan

b.

pemujaan

c.

hiasan

d.

upacara keagamaan

e.

mengenang peristiwa monumental

7.

Seni ukir kayu dewasa ini yang terwujud dalam mebel ukir telah memasuki

pasaran dunia. Seni ukir tersebut berasal dari ....

a.

Madura

d.

Klaten

b.

Bali

e .

Sidoarjo

c.

Jepara

EVALUASI

Antropologi SMA Kelas XII

30

8.

Karya sastra merupakan cermin dari diri kita, menghasilkan karya sastra

berarti menyaksikan diri kita sendiri di dalamnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat ....

a.

W.S. Rendra

b.

N.H. Dini

c .

Ajip Rosidi

d.

Umar Kayam

e.

Sapardi Djoko Damono

9.

Tari Saman yang dilakukan oleh penari-penari dalam posisi duduk berasal

dari daerah ....

a. Batak

b.

Palembang

c.

Lampung

d.

Aceh

e.

Minangkabau

10. Seni drama tradisional yang berasal dari Betawi, yang sampai sekarang

masih dapat kita saksikan melalui televisi, adalah ....

a .

Ludruk

b.

Lenong

c. Arja

d.

Kethoprak

e.

Cupak Gerantang

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1.

Sebutkan dan jelaskan aliran-aliran yang terdapat dalam seni lukis!

2.

Bagaimana latar belakang timbulnya seni patung?

3.

Apa yang kalian ketahui tentang sastra?

4.

Ada berapa jenis wayang yang Anda ketahui? Sebutkan dan jelaskan!

5.

Bagaimana hubungan karya seni dengan seniman dan masyarakat?